-
A note on book covers: while we do our best to ensure the accuracy of cover images, ISBNs may at times be reused for different editions of the same title which may hence appear as a different cover.
Seluang Menodak Baung
Seluang Menodak Baung
Couldn't load pickup availability
“Tok nenek kita dulu pun bersopan santun sampai tergadai semua tanah kepada orang lain. Dan kita semua jadi peminta sedekah di tanah air kita sendiri.”
Sekian lama meneroka hutan dan menyembah perdu getah di tanah orang, Salam serta seluruh penduduk Kampung Terenas masih hidup melarat.
Suman — seorang anak desa yang ramah, tiba-tiba menjadi pemuda berapi-api melawan penindasan dan ketidakadilan dengan semangat yang menggetarkan.
Fatah — setelah menyaksikan jurang kemiskinan di kota, tidak mampu berdiam diri lagi. Kepulangan Fatah ke Terenas kali ini menghimpunkan suara warga kampung untuk berjuang menghadapi kemiskinan yang bermaharajalela.
Seluang Menodak Baung menyimpulkan, betapa kezaliman, walau dari segenap arah sekalipun tidak patut dibiarkan.
Kegelisahan rakyat tani di Kedah pada tahun 70-an diangkat dalam karya ini oleh Sasterawan Negara — Shahnon Ahmad. Hanya mata pena Shahnon yang mampu menjerit, memanggil dan meminta pertolongan bagi mengubah nasib masyarakat desa yang tidak mampu bersuara.
Details of Book
Related Collections:
A note on book covers: while we do our best to ensure the accuracy of cover images, ISBNs may at times be reused for different editions of the same title which may hence appear as a different cover.

-
One Line Summary
A powerful call against injustice in rural Malaysia.
-
Who is this book for?
If you're interested in stories that shed light on social justice and Malaysian rural life, Seluang Menodak Baung is a compelling read. Shahnon Ahmad's storytelling captures the raw emotions and struggles of villagers fighting against oppression, making it a poignant choice for those who want to understand the resilience of local communities.